About

Senin, 27 Februari 2012

Stroke Bisa Menyebabkan Kelumpuhan Bahkan Kematian



Mengenal Stroke Lebih Dekat

pembicaraan secara umum mengenai penyakit stroke tak akan lepas dari peninjauan mengenai otak, yakni di mana segala sesuatu berawal dan terprogram di dalam otak. Otak adalah organ manusia yang sangat kompleks dan setiap areanya mempunyai fungsi yang sangat spesifik, spektakuler, dan sangat spesial. Otak merupakan kumpulan sel-sel syaraf yang sangat menakjubkan. Saraf inilah yang bertanggung jawab terhadap semua sinyal dan sensasi yang membuat manusia dapat berpikir, bergerak, dan bereaksi.

Jaringan dari beribu-ribu sel saraf berkomunikasi dengan yang lain, dan dengan seluruh badan supaya dapat mengerjakan pekerjaan yang amat kompleks. Jadi, tidaklah mengherankan bila otak memerlukan sejumlah besar energi untuk menjaga agar selalu dapat bekerja. Meskipun keperluannya demikian besar, otak merupakan organ dalam tubuh yang tidak dapat menyimpan energi. Oleh karena itu, memerlukan suplai oksigen dan nutrisi yang terus-menerus dan kontinyu.

Otak mendapatkan semua ini dari darah yang disirkulasikan dari jantung melalui arteri menuju otak dan area yang lain dari tubuh.

Stroke merupakan penyakit yang saat ini mulai diwaspadai. Dan saat ini stroke sudah merupakan penyakit masyarakat karena tidak hanya masyarakat kelas menengah ke atas, tetapi masyarakat bawah pun juga banyak yang menderita stroke. Sequele (akibat lanjut) dari stroke yang memerlukan penanganan khusus dan biaya yang sangat besar, membuat stroke menjadi salah satu penyakit yang ditakuti dewasa ini.

Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan otak yang disebabkan berkurangnya aliran darah ke otak dengan berbagai sebab yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh sampai dengan terjadinya penurunan kesadaran.

Waspadai serangan stroke
Saat ini, penderita stroke cenderung terus meningkat. Penyakit ini mengganggu harus diwaspadai karena terjadi secara mendadak. Karena sifatnya mendadak itulah maka sindroma ini diistilahkan dengan “stroke” yang artinya kurang lebih “kejadian yang tiba-tiba”.

Stroke bisa menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian. Stroke, ungkap ahli saraf dari RSCM/ FKUI dr H Samino SpS(K), terdiri dari dua jenis yaitu stroke karena iskemik dan stroke pendarahan. Stroke karena iskemik terjadi bila salah satu cabang dari pembuluh darah di otak mengalami penyumbatan (emboli). Dengan demikian, bagian otak yang seharusnya mendapat suplai darah dari cabang tadi akan iskemik (mati karena tidak mendapat oksigen dan aliran darah).

Otak mendapat suplai darah (dari jantung) melalui dua pasang arteri. Yakni sepasang arteri karotis yang terdapat di depan kepala, serta sepasang arteri vertebralis yang ada di belakang kepala. Di dalam otak, kedua pasang pembuluh darah tersebut saling bertemu dan berhubungan.

Penyumbatan pembuluh darah di otak bisa disebabkan oleh banyak hal seperti berikut.

- Adanya gumpalan darah dari jantung (akibat kelainan jantung) yang terlempar ke otak sehingga terjadi penyumbatan.

- Terjadi trombosis (penyumbatan dinding bagian dalam dari pembuluh darah) yang terlepas dan terlempar ke otak sehingga menyebabkan penyumbatan di otak (tromboemboli).

- Stroke jenis pendarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak. Hal ini sangat terkait dengan fluktuasi tekanan darah. Umumnya, stroke pendarahan terjadi pada saat tekanan darah seseorang sedang tinggi. Gesekan dari darah yang mengalir pada penderita hipertensi kronik bisa menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah dalam sehingga pembuluh darah tidak lagi valid atau melemah. Pada saat tekanan darah naik, pembuluh darah tersebut menjadi pecah. Stroke karena pendarahan biasanya terjadi saat seseorang sedang melakukan exercise (kegiatan). Misalnya, seorang yang sedang bekerja dalam keadaan stres dan emosi. Faktor stres dan emosi merupakan faktor yang umum sebagai penyebab naiknya tekanan darah.

Kendati menyerang secara mendadak, stroke sebenarnya didahului oleh sejumlah gejala. Hanya saja, pada stroke jenis pendarahan, gejalanya sering tidak diketahui, berbeda dengan stroke karena iskemik. Pada stroke iskemik, gejala yang timbul adalah merasa kesemutan sebelah serta susah untuk berbicara. Rangkaian gejala ini juga berlangsung relatif mendadak (pada hari yang sama). Misalnya, pada waktu bangun tidur sebelah badan kesemutan, menjadi lemas, dan akhirnya lumpuh. Kejadian tersebut berlangsung dalam satu hari. Namun demikian, tidak selamanya serangan stroke karena iskemik bisa terdeteksi. Adakalanya penyumbatan di pembuluh darah otak terjadi ketika seseorang sedang tidur. Pada saat bangun tidur, dia susah tidak bisa bergerak.

Peringatan lain yang perlu diwaspadai adalah apa yang disebut sebagai Trention Iscernic Attack atau TIA. Iskemik adalah gejala kekurangan aliran darah ke otak, tetapi tidak berlangsung secara total. Hal ini dikarenakan terlepas emboli (penyumbatan pembuluh darah) dalam ukuran kecil dan sampai ke otak. Karena ukurannya yang kecil, emboli segera mencair sehingga tidak sampai menyebabkan penyumbatan total di otak.

TIA juga bisa terjadi karena penguncupan pembuluh darah yang berlangsung beberapa menit (biasanya 15 menit). Seseorang yang mengalami TIA berarti mempunyai risiko terkena stroke juga besar. TIA juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti alkohol, rokok, serta gaya hidup yang negatif (pola makan yang tinggi kolesterol serta olah raga yang kurang).

Orang yang menderita gejala stroke harus secepatnya mendapatkan pertolongan dokter. Sama seperti kasus serangan jantung, pengobatan terhadap pasien stroke juga menganut prinsip “waktu adalah emas”. Artinya, semakin cepat dilakukan interfensi, semakin tinggi tingkat kesembuhan pasien. Berdasarkan penelitian, tiga jam pertama adalah waktu yang efektif untuk melakukan interfensi kepada pasien stroke, terutama stroke karena iskemik.

Dewasa ini banyak dijumpai usia penderita stroke makin muda atau sekitar 40 tahun. Tidak jarang beberapa pasien yang terserang stroke umurnya baru 32 tahun. Ini disebabkan karena pola makan yang cenderung mengonsumsi makanan siap saji atau fast food tanpa diimbangi dengan olahraga secara rutin. Hal ini dikemukakan oleh Koordinator Pusat Info Kesehatan Aditama (PIKA) dr. Julius Effendi, SpKJ didampingi dr. Riani, SpS, dan dr. Imam, SpRM.

Penggolongan stroke
Kejadian stroke yang dijumpai sangat beragam. Namun demikian, secara umum stroke dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.

Stroke iskemik
Stroke iskemik merupakan 8o% dari semua kejadian stroke. Stroke iskemik dapat terjadi bila asupan darah ke otak berkurang atau terhenti. Derajat dan gangguan dari otak bervariasi tergantung dari pembuluh darah yang terkena dan luas daerah yang dialiri darah oleh pembuluh darah tersebut. Bila stroke terjadi, otak akan mengalami gangguan homeostasis (keseimbangan dalam pengaturan cairan dan elektrolit), terjadi penimbunan cairan dalam sel dan ion-ion kalsium serta kalium yang berlebihan di dalam sel otak. Akibatnya, otak akan membengkak dan terjadilah udema otak. Udema otak ini sangat berbahaya jika tidak ditangani karena dapat menyebabkan kematian.

Stroke iskemik yang terjadi dapat dibagi menjadi empat yaitu sebagai berikut.

- TIA (transient iscemik attack)
Serangan stroke terjadi sementara, gangguan neurologis hanya berlangsung dalam 24 jam, dan kemudian terjadi penyembuhan yang sempurna. TIA ini juga bisa dikatakan stroke ringan dan dapat dijadikan pertanda bahwa akan terjadi serangan stroke susulan yang mungkin lebih berat.

- RIND (reversible iscernic neurologic deficits)
RIND merupakan serangan stroke yang gejala neurologisnya menghilang antara 24 jam sampai 3 minggu.

- Stroke progresif atau stroke in evolution
Stroke progresif merupakan gejala stroke yang gejala klinisnya terjadi secara bertahap dari yang ringan sampai berat. Biasanya, didahului oleh pembicaraan yang pelo atau tidak mudah dimengerti. Bahkan, kadang-kadang diawali oleh gangguan menelan (disfagia).

- Stroke komplet
Stroke yang terjadi diikuti dengan gangguan neurologis yang menetap dan tidak dapat berkembang lagi. Stroke inilah yang banyak terjadi di masyarakat.

Stroke hemoragik
Stroke hemoragik atau stroke perdarahan disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Darah yang keluar akan masuk ke dalam jaringan otak dan menyebabkan terjadinya pembengkakan otak atau hematom yang akhirnya meningkatkan tekanan di dalam otak.

Stroke perdarahan berdasarkan lokasinya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu perdarahan intraserebral (PIS) dan perdarahan subarachnoid. Penyebab tersering dari perdarahan intraserebral adalah hipertensi yang kronik/lama, aneurisma pembuluh darah otak, stres fisik, dan peningkatan tekanan darah yang terjadi mendadak. Adapun, penyebab tersering perdarahan subarachnoid adalah pecahnya pembuluh darah pada lingkaran Willisi yang berada di daerah anterior otak.

Faktor potensial berisiko stroke
Setiap orang pasti selalu mendambakan hidup yang nyaman, sehat, dan bebas dari berbagai macam tekanan. Kondisi ini adalah normal karena manusia memang hakekatnya selalu menginginkan kemudahan dan kenyamanan dalam kehidupannya. Namun demikian, keinginan untuk hidup nyaman dan sehat tersebut biasanya tidak dibarengi dengan pola hidup yang memadai. Pada akhirnya, pola hidup yang tidak baik tersebut menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan mulai dari penyakit ringan sampai yang berat.

Perokok potensial terkena stroke
Menurut Guru Besar Ilmu Penyakit Syaraf FK-Unand-Padang, Dr. Basyisuddin, kebiasaan merokok merupakan faktor risiko yang potensial terhadap serangan stroke iskemik dan pendarahan subarachnoid. Para perokok dibagi menjadi tiga. Perokok ringan yang mengisap rokok kurang dari 10 batang dan kurang dari 5 cerutu per hari. Perokok sedang mengisap antara 10-20 batang sehari dan 5-10 cerutu sehari. Perokok lebih berat mengisap lebih dari 20 batang rokok dan lebih dari 10 cerutu sehari. Pada perokok berat (40 batang sehari atau mempunyai risiko stroke dua kali lipat dan akan berkurang bila berhenti merokok dalam lima tahun dibandingkan terus merokok.

Serangan sroke bagi perokok dikarenakan pada rokok terhadap bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan antara lain nikotin, karbon monoksida, nitrogen oksida, dan hidrogen sianida. Nikotin menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah serta menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin akan menurunkan HDL kolesterol dan meningkatkan LDL kolesterol, sementara asam lemak bebas meningkatkan agregasi trombosit dan viskositas darah yang semuanya mempercepat arterosklerosis pada lapisan endotel. Dengan demikian, merokok akan menaikkan fibrinogen darah, menambah agregasi trombosit, menurunkan HDL kolesterol, menaikkan hematokrit dan viskositas darah yang mempercepat aterosklerosis.

Dr. Basyisuddin mengatakan penyakit stroke pada prinsipnya bisa dicegah. Bila sudah mendapatkan serangan stroke, masih dapat diusahakan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dan serangan stroke kembali.

Risiko stroke pada pasien depresi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat, mereka yang menderita gejala-gejala depresi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami stroke. Dalam Psychosomatic Medicine, orang Afro-Amerika yang depresi menunjukkan peningkatan risiko yang paling nyata. Risiko stroke pada orang dengan depresi paling berat meningkat 73%, sementara orang dengan depresi sedang meningkat 25%. Meskipun demikian, masih belum jelas apakah memang depresi yang menyebabkan stroke atau ada faktor tertentu yang memicu depresi sebelum terserang stroke.

Dr. Bruce S. Jonas dari Center for Advancement of Health menyatakan bahwa dengan hasil penelitian ini, hendaknya penderita depresi menjadi lebih waspada terhadap kemungkinan stroke. Pengobatannya pun tidak hanya tertuju pada pengobatan depresi saja.

Para peneliti mengamati 6.095 orang dewasa sehat yang berusia 25-74 tahun pada awal tahun 70-an, kemudian selama 22 tahun diikuti secara cermat melalui kuesioner tentang kesehatan dan riwayat psikologis mereka. Orang Afro-Amerika yang memiliki kadar depresi terberat menunjukkan peningkatan risiko stroke sebesar 16o% dibandingkan dengan mereka yang tidak depresi. Pria kulit putih yang depresi meningkat risikonya 68%, sementara wanita kulit putih sekitar 52%. Penelitian ini juga memperhitungkan berbagai faktor, seperti usia, kebiasaan merokok, tekanan darah dan kadar kolesterol, hal-hal yang dikaitkan dengan risiko stroke.

Mengapa atau bagaimana depresi dapat mengakibatkan stroke? Belum ada jawaban yang jelas. Mekanisme yang mungkin adalah depresi menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berarti juga meningkatkan risiko stroke. Namun, barangkali terlalu dini untuk mengklaim hubungan pasti antara depresi dan stroke. Yang bisa dilakukan adalah memberi pengertian bahwa depresi dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stroke.

Mendengkur dan risiko stroke
Kebiasaan mendengkur tidak bisa dianggap remeh lagi. Banyak orang yang dengan berbagai cara menghilangkan kebiasaan tersebut, tetapi tidak mudah dan akhirnya mereka pasrah. Mendengkur pun akhirnya menjadi musik pada malam hari.

Selain dikenal sebagai salah satu masalah yang sangat mengganggu kenyamanan tidur, temuan baru menyatakan bahwa mendengkur dapat meningkatkan tekanan darah dan memicu terjadinya stroke. Banyak mendengkur barangkali menjadi salah satu faktor stroke karena mendengkur dapat menurunkan jumlah oksigen yang mencapai otak.

Sebuah studi baru yang dipresentasikan pada Internasional Stroke Conference menemukan bahwa tidur yang tidak normal mungkin meningkatkan risiko terjadinya stroke. Mereka yang tidur lebih dari delapan jam dalam satu malam, mengantuk sepanjang hari, dan mendengkur saat tidur memiliki risiko mengalami stroke jauh lebih tinggi. Menurut Dr. Dauglas Bradley, juru bicara Canadian Heart and Stroke Foundation di Toronto, tidur yang tidak normal merupakan gejala sleep apnea, suatu kondisi di mana orang benar-benar berhenti bernapas dan bangun untuk bernapas. Ini adalah reaksi terkejut. Jika hal itu terjadi 200-400 kali dalam semalam maka tekanan darahnya akan naik secara signifikan.

Tekanan darah tinggi sendiri merupakan faktor risiko stroke yang paling penting.

Fakta juga menunjukkan bahwa 4o% stroke terjadi pada saat pasien sedang tidur atau dalam waktu sejam setelah bangun. Ini membuat para dokter curiga ada hubungan antara mendengkur dengan stroke. Dr. Vlasta Hajek, dari Toronto Rehabilitation Institute menyatakan bahwa tetap ada kemungkinan sleep apnea lebih dulu hadir pada banyak pasien jauh sebelum terjadi stroke.

Dari 10% orang dewasa yang menderita sleep apnea, hanya sebagian kecil yang mendapat perawatan untuk itu, baik dengan upaya bedah maupun peralatan bernapas lain. Metode perawatan paling umum adalah dengan sistem tekanan jalan napas positif yang pada dasarnya adalah sebuah pompa udara dengan topeng (mask) yang dikenakan selama tidur. Para dokter mengharap para penderita kelainan tidur segera mencari perawatan, mengingat semakin banyak bukti bahwa cara untuk mencegah stroke mungkin hanyalah tidur yang nyenyak.

Usia
Insiden stroke semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Orang berusia di atas 55 tahun mempunyai risiko terserang stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap dekade.

Faktor genetik/ras
Apakah stroke dapat disebabkan faktor keturunan? Para ahli kesehatan meyakini, ada hubungan antara risiko stroke dengan faktor keturunan, walaupun tidak secara langsung. Keluarga yang banyak anggotanya menderita stroke perlu mewaspadai terhadap faktor-faktor yang dapat menyebabkan stroke, seperti hipertensi. Namun demikian, stroke bukan merupakan penyakit keturunan.

Jenis kelamin
Dari studi kasus yang dijumpai, laki-laki lebih cenderung terkena stroke 3 kali lipat dibandingkan wanita. Laki-laki cenderung terkena stroke iskemik, sedangkan wanita cenderung terkena stroke hemoragik.

Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Hipertensi dapat menyebabkan stroke iskemik ataupun stroke hemoragik. Seorang pria yang menderita tekanan darah di atas 170/100, kemungkinan untuk mendapatkan serangan stroke 3 : 1 dibandingkan wanita. Tekanan darah diastolik di atas l00 mmhg akan meningkatkan risiko terkena stroke 2,5 kali dibandingkan tekanan diastolik yang normal. Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel-sel endotel pembuluh darah melalui mekanisme perusakan lipid di bawah otot polos. Oleh karenanya, sangat penting mempertahankan tekanan darah dalam keadaan normal untuk menurunkan risiko terjadinya serangan stroke.

Diabetes mellitus (kencing manis)
Seseorang dikatakan menderita kencing manis jika kadar gula darah sewaktu = 200 mg/di atau kadar gula puasa = 126 mg/dl dan kadar gula darah setelah puasa = 140 mg/dl. Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan mempercepat terjadinya aterosklerosis pada seluruh kapiler (arteri kecil) termasuk pembuluh darah otak, serta meningkatkan risiko terjadinya stroke 2,6 kali lebih tinggi pada laki-laki, dan 3,8 kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan orang yang tidak menderita kencing manis. Kadar glukosa (gula) yang tinggi pada pasien stroke akan memperparah kerusakan otak akibat dari terbentuknya asam laktat sebagai efek samping metabolisme anaerob. Oleh karena itu, penting sekali artinya jika seseorang yang sudah pernah terkena stroke selalu mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran normal untuk mencegah berulangnya stroke dan mencegah semakin meluasnya kerusakan jaringan otak.

Hiperlipidemia dan hiperkolesterolisme
Kolesterol tinggi dalam darah merupakan suatu keadaan yang sangat ditakuti selain diabetes mellitus. Mengapa? Karena kolesterol merupakan zat yang paling berperan dalam terbentuknya aterosklerosis pada lapisan dalam pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan ini juga terjadi pada pembuluh darah otak. Jika penyumbatan sudah maksimal (menutup seluruh rongga pembuluh darah) maka aliran darah yang memperdarahi jaringan otak terhenti dan terjadilah stroke.

Obesitas/kegemukan
Hubungan antara obesitas atau kegemukan terhadap serangan stroke belum dapat diketahui secara pasti. Secara epidemiologis, orang yang mengalami obesitas cenderung menderita hipertensi, hiperkolesterol, dan diabetes mellitus.

Stres
Stres dapat mengakibatkan hati memproduksi radikal bebas lebih banyak dan mempengaruhi sistem imunitas tubuh serta secara umum mengganggu fungsi hormonal.

Patofisiologi stroke
Stroke adalah manifestasi dari rusaknya struktur jaringan otak sebagai akibat rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab. Penyebabnya bisa berasal dari pembuluh darah di otak ataupun darah yang mengalir di dalamnya.

Penyebab stroke
Beberapa penyebab stroke dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yakni stroke yang disebabkan faktor pembuluh darah dan faktor dari luar pembuluh darah.

Faktor pembuluh darah
- Aterosklerosis pembuluh darah otak
Aterosklerosis adalah penumpukan aterom atau lemak pada lapisan dalam pembuluh darah. Jika aterom ini sudah menutupi seluruh lumen pembuluh darah maka aliran darah akan tersumbat. Akibatnya, jaringan yang ada di depan pembuluh darah akan kekurangan oksigen dan akibat lebih lanjut dapat terjadi kematian jaringan.

- Malformasi arteri (pembuluh nadi) otak
Adanya aneurisma (kelemahan) pembuluh darah otak dan tipisnya dinding pembuluh darah akan memudahkan dinding pembuluh darah robek jika terjadi peningkatan tekanan aliran darah. Aneurisma dibagi menjadi dua yaitu congenital (bawaan dari lahir) dan bukan bawaan (didapat setelah lahir). Aneurisma ini tidak memberikan gejala apapun sampai suatu saat dapat pecah sendiri jika terjadi peningkatan aliran darah ke otak dan terjadilah stroke.

- Trombosis vena (penyumbatan)
Penyebabnya seperti thrombus, embolus, cacing, parasit, atau leukemia.

- Pecahnya pembuluh darah otak
Pecahnya pembuluh darah otak dapat terjadi di ruang subarachnoid (di bawah selaput otak) atau intracerebral (dalam jaringan otak). Akibatnya adalah darah dari arteri otak akan terus mengalir keluar tanpa ada yang dapat menghentikan. Darah akan menutupi dan menekan sebagian besar jaringan otak sehingga jaringan otak yang tertekan akan mengalami hipoksia disertai dengan kematian jaringan otak, bahkan mungkin disertai dengan kematian biologis.

Faktor dari luar pembuluh darah
- Penurunan perfusi (aliran) darah ke otak
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti hipertensi menahun yang menyebabkan terjadinya perubahan anatomi jantung, gagal jantung kongestif, atau hiperkolesterol. Adanya perubahan tersebut menyebabkan darah menjadi relatif pekat dan alirannya menjadi lambat.

- Embolus atau thrombus yang mengalir di dalam pembuluh darah tersangkut di salah satu cabang pembuluh darah otak yang kecil sehingga menyumbat aliran darah. Kejadian ini akan menyebabkan kematian jaringan otak.
Embolus atau thrombus dapat berasal dari pembuluh darah di tungkai yang terlepas saat kita beraktivitas, dari paru-paru, embolus lemak terutama terkena pada orang yang obesitas atau pascaoperasi besar, seperti operasi caesar dan patah tulang.

Tanda dan gejala stroke
Usaha mengenali tanda-tanda atau gejala stroke sangat penting untuk memastikan penderita mendapatkan perawatan lebih cepat dan tepat, sekaligus menghindari kefatalan.

Beberapa tanda dan gejala stroke sebagai berikut.

Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam):
-tiba-tiba sakit kepala,
- pusing, bingung,
- penglihatan atau kehilangan ketajaman pada satu atau dua mata,
- kehilangan keseimbangan (limbung), lemah,
- rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh.

Gejala stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu):
- beberapa atau semua gejala di atas,
- kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki,
- bicara tidak jelas.

Stroke berat (sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau tahun, tidak bisa sembuh total):
- semua/beberapa gejala stroke sementara dan ringan,
- koma jangka pendek (kehilangan kesadaran),
- kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki,
- bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara, sukar menelan,
- kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan fases,
- kehilangan daya ingat atau konsentrasi,
- terjadi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu, mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil.

Di lain sisi, secara umum tanda dan gejala stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.

Gejala stroke pun bervariasi dari ringan sampai terjadinya penurunan kesadaran.
- Adanya serangan defisit neurologis atau kelumpuhan total seperti lumpuh badan sebelah baik kanan atau yang kiri saja.

- Rasa baal atau mati rasa sebelah saja, badan seperti kesemutan atau terbakar.

- Mulut mencong, lidah mencong jika dijulurkan sehingga berbicaranya akan pelo, kadang-kadang menjadi sengau dan kata-katanya menjadi tidak dapat dimengerti (afasia).

- Bicara ngaco.

- Sulit menelan (disfagia).

- Tidak dapat mengerti apa yang dibicarakan orang lain.

- Demensia (pelupa).

- Vertigo atau perasaan pusing yang berputar (tidak pernah terjadi sebelumnya).

- Penglihatan terganggu, hanya sebagian lapangan pandang yang jelas, tanpa disertai rasa nyeri. Kadang disertai dengan penglihatan ganda.

- Tuli satu telinga atau pendengaran berkurang.

- Kelopak mata sulit dibuka atau terjatuh.

- Banyak tidur dan selalu mau tidur.

- Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan keseimbangan, sempoyongan.

- Gangguan kesadaran, dari pingsan sampai koma.

Mendeteksi pemicu stroke
Pemicu stroke dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pemicu yang dominan (faktor risiko mayor) dan pemicu yang minor (faktor risiko minor).

Faktor risiko mayor (faktor dominan):
• pernah terserang stroke,
• hipertensi (tekanan darah tinggi),
• penyakit jantung,
• sudah ada manifestasi asterosklerosis secara klinis (gejalagejala pengerasan pembuluh darah), gangguan pembuluh darah koroner, gangguan pembuluh darah karotis, klaudikasio intermiten (nyeri yang hilang timbul), denyut nadi perifer tidak ada, dan lain-lain,
• diabetes mellitus (kencing manis),
• polisitemia (banyak sel-sel darah)

Faktor risiko minor:
• kadar lemak yang tinggi,
• hematokrit ringgi,
• merokok,
• kegemukan (obesitas),
• kadar asam urat tinggi,
• kurang berat badan atau olahraga,
• fibrinogen (protein plasma darah) tinggi.

Ragam gejala serangan stroke
Dibandingkan dengan serangan jantung koroner, tanda dan gejala serangan awal stroke lebih beragam, tergantung bagian otak yang tersumbat. Gejala dan tandanya spesifik sesuai dengan peta fungsi otak. Otak ada peta fungsi pergerakan, fungsi perasa, fungsi emosi, fungsi indriawi, dan seterusnya. Gejala dan tanda stroke mencerminkan lokasi otak yang mengalami sumbatan.

Pada stroke yang umum terjadi, muncul gejala gangguan pergerakan anggota gerak sesisi tubuh, seperti diawali dengan kesemutan, rasa kebas, lemah sesisi tubuh dan gerakan mulai tidak tangkas, menjadi kagok waktu menyisir rambut, memasukkan kaki ke sandal jepit, atau tulisan makin buruk. Mungkin ada gangguan pancaindra, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, atau jalan terhuyung.

Gangguan mengingat, berpikir, dan emosi harus dicurigai sebagai gejala awal stroke, terutama bagi mereka yang berisiko stroke tinggi. Apakah itu pasti gejala awal stroke? Tanpa melakukan pemindahan otak, kita tak tabu sudah seberapa buruk kondisi pembuluh darah koroner dan otak disumbat dan dirusak oleh karat lemak. Namun, dengan teknik pemindahan yang semakin canggih sekarang, termasuk untuk memindai kondisi koroner jantung, antara lain dengan echocardiography, angionggraphy dan yang lebih tajam menggunakan radionucleide test ThaliumScan, bisa dilihat ada tidaknya sumbatan koroner dan pembuluh darah otak serta seberapa besar sumbatan tersebut.

Mewaspadai pendarahan di otak
Otak adalah “superkomputer” pada manusia. Ketika otak terganggu atau rusak maka manusia tidak lagi sempurna. Kelainan pada otak yang menyerang fungsi saraf bisa menyebabkan buta, tuli, mati rasa, lumpuh, gangguan keseimbangan, penciuman, sampai kepribadian. Otak manusia yang beratnya 1,5 kilogram itu sampai detik ini jika rusak tidak ada gantinya. Oleh karena itu, para ahli berlomba melakukan riset mengenai otak

Menurut dokter spesialis bedah saraf RS Siloam Gleneagles dr. Eka J. Wahjoepramono, SpBS, otak berkaitan dengan stroke, salah satu penyakit pada saraf otak yang bisa mengganggu kualitas hidup. Stroke secara umum dibagi dua, yaitu hemoragik (stroke berdarah) dan nonhemoragik (stroke yang tidak berdarah). Stroke berdarah bisa disebabkan tekanan darah tinggi atau kelainan aneurisma yang pecah. Sebaliknya, stroke yang tidak berdarah disebabkan oleh pembuluh darah dalam otak yang tersumbat.

Stroke yang berdarah ada beberapa yang diatasi dengan operasi, terlebih jika pendarahannya luas dan membahayakan jiwa. Pada stroke yang tidak berdarah, bisa dilakukan operasi by pass. Umumnya, pasien yang datang ke rumah sakit dengan pembuluh darah yang sudah tersumbat 9o%.

Penyumbatan diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak seimbang, terutama makanan. Oleh karena itu, pola makan sehat menjadi salah satu pencegahnya, selain olahraga yang teratur. Hal lain yang penting adalah penanganan penderita stroke. Jika ada anggota keluarga atau teman yang tiba-tiba bicara tidak karuan, susah bicara atau lumpuh separuh, artinya dia terkena stroke. Untuk itu, penderita harus segera dibawa ke rumah sakit agar tidak terlambat ditangani.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan yang rutin dilakukan oleh seseorang yang terkena stroke adalah CT SCAN, MRI dan angiografi pembuluh darah otak. Pemeriksaan ini rutin dan harus dilakukan oleh dokter untuk memastikan apakah pasien menderita stroke iskemik atau stroke hemoragik/perdarahan. Pada beberapa rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas tersebut, para dokter biasanya menggunakan suatu protap (prosedur tetap) berupa tehnik skoring yang sudah baku untuk menentukan kondisi pasien, seperti Siriraj score, Besson score, dan Allen score. Hasil dari skoring tersebut, dokter akan melakukan diagnosis kerja apakah pasien mengalami stroke iskemik atau stroke perdarahan.

Komplikasi stroke perdarahan
Seseorang yang pernah mendapatkan serangan stroke dapat dipastikan ada kerusakan jaringan otak permanen yang menyebabkan adanya kecacatan. Pada stroke pendarahan, darah yang keluar akan menyebabkan peningkatan tekanan di dalam otak sehingga kerusakan otak akan bertambah parah, bahkan dapat menyebabkan kematian.
• terjadinya perdarahan ulang,

• vasospasme/kontraksi pembuluh darah yang menyebabkan iskemik global otak sehingga dapat terjadi kerusakan otak secara global,

• edema otak yang dapat menyebabkan terjadinya hernia otak dan menyebabkan kematian, serta

• hid rosefalus.

Komplikasi stroke
Serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada otak saja. Gangguan emosional dan fisik akibat terbaring lama tanpa dapat bergerak di tempat tidur adalah bonus yang tak dapat dihindari. Setelah mengalami stroke, beberapa penderita juga mengalami gangguan kesehatan yang lain seperti berikut.

Depresi
Penderita stroke umumnya mengalami stres berat atau depresi ketika kembali dari rumah sakit setelah menjalani perawatan. Hal ini biasanya disebabkan karena rata-rata penderita stroke tidak sembuh total.

Darah beku
Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh, terutama pada kaki sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengganggu. Selain itu, pembekuan darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan darah ke paru-paru (emboli paru-paru) sehingga penderita sulit bernapas dan dalam beberapa kasus sering mengalami kematian.

Memar (dekubis)
Jika penderita stroke menjadi lumpuh, penderita harus sering dipindahkan dan digerakkan secara teratur agar bagian pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit tidak terluka akibat terhimpit alas tempat tidur. Bila luka-luka tidak dirawat, bisa terjadi infeksi. Keadaan ini akan menjadi semakin buruk bila penderita dibiarkan terbaring di tempat tidur yang basah karena keringat.

Otot mengerut dan sendi kaku
Kurang gerak akan menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri. Misalnya, jika otot-otot betis mengerut, kaki terasa sakit ketika harus berdiri dengan tumit menyentuh lantai. Hal ini biasanya ditangani dengan fisioterapi.

Pneumonia (radang paru-paru)
Ketidakpastian untuk bergerak setelah mengalami stroke membuat pasien mungkin mengalami kesulitan menelan dengan sempurna atau sering terbatuk-batuk sehingga cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya dapat terjadi pneumonia.

Nyeri pundak
Otot-otot di sekitar pundak yang mengontrol sendi-sendi pundak akan mudah cedera pada waktu penderita diganti pakaian-nya, diangkat, atau ditolong untuk berdiri. Untuk mencegahnya, biasanya tangan yang terkulai ditahan dengan sebilah papan atau kain khusus yang dikaitkan ke pundak atau leher agar bertahan pada posisi yang benar. Bila Anda menolong penderita stroke untuk berdiri, lakukan dengan cara yang benar agar tidak membuat otot-otot daerah tersebut terbebani terlalu berat.

0 komentar:

Posting Komentar